"Kompor Biji Jarak"


Di tengah krisis energi di negeri ini, terutama kelangkaan minyak tanah dan gas elpiji yang kerap ’’hilang’’ di pasaran, ada baiknya kita mempertimbangkan alternatif lain. Biji jarak, misalnya, sudah sering diekspose di media sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi kelangkaan energi fosil.



BICARA soal biji jarak, tentu kita harus bicara pula mengenai kompor khususnya. Beberapa waktu lalu, penulis berkunjung ke Dusun / Kelurahan Potorono, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Dusun ini merupakan salah satu sentra perajin kompor biji jarak.

Dulu mereka merupakan komunitas perajin kompor minyak tanah (mitan). Ketika minyak tanah pelan-pelan dikonversi pemerintah, dan masyarakat pun mulai terbiasa memakai kompor gas elpiji, para perajin tidak kehilangan akal. Mereka memodifikasi kompor tersebut menjadi kompor biji jarak.

Dalam kesederhanaannya, perajin di Dusun Potorono mampu menemukan teknologi sederhana yang potensial tersebut. Teknologi ini membawa dampak signifikan bagi warga yang kesulitan mengunakan kompor mitan, karena tidak adaya minyak tanah, namun enggan beralih ke gas elpiji karena berbagai sebab.

Mengapa penulis menyebutnya teknologi sederhana? Hal ini karena proses pembuatannya tidak memerlukan teknologi canggih, tidak perlu skill yang tinggi, bahkan hanya menggunakan bahan baku bekas yang bisa dimanfaatkan kembali. Istilah teknisnya recycle (daur ulang). Siapapun bisa membuatnya, asal ada kesempatan dan kemauan.
Proses Penyalaan Melihat konstruksinya yang sangat sederhana, Anda pun dapat membuat sendiri kompor ini. Terlebih bagi para perajin kompor mitan, sebab kompor biji jarak ini memang hasil modifikasi kompor mitan yang sudah ada sebelumnya.
Tidak heran apabila bentuk dan modelnya mirip kompor mitan. Perbedaan hanya terletak pada desain kerangka dasar bahan bakar. Kompor biji jarak tidak menggunakan sumbu. Jadi, lubang sumbu pada kompor mitan cukup ditutup logam (bisa dipatri atau las) untuk meletakkan biji jarak ke dalam kompor.

Proses penyalaan apinya juga sangat mudah, dan dapat dilakukan oleh semua orang. Caranya, biji jarak kering yang sudah dikupas dimasukkan ke dalam kompor secara merata, hingga memenuhi seluruh ruang sumbu (sekitar 200 gram).

Selanjutnya, dengan sedikit bantuan spiritus (untuk memancing bara api), kompor sudah bisa dinyalakan. Dijamin selama satu jam kompor ini akan menyala terus, tanpa perlu minyak tanah lagi. Anda pun siap menggunakannya untuk memasak berbagai keperluan rumah tangga.

Dengan harga biji jarak yang relatif murah, sekitar Rp 500 - Rp 1.000 per kilogram, kompor ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi industri andalan. Syukur-syukur bisa menjadi industri rumah tangga unggulan daerah, menggantikan industri kompor mitan yang kini mulai kehilangan pamor dan banyak ditinggalkan konsumennya.
Peluang dan Potensi Biji jarak sebagai bahan bakar pun mudah ditanam dan dibudidayakan masayarakat. Sebab pohon jarak terutama jarak pagar tidak memerlukan perawatan intensif. Ia mudah tumbuh di berbagai lokasi. Hal ini akan menjadikannya sebagai potensi baru, dan sekaligus peluang baru.

Potensi produksi kompor biji jarak sebenarnya bisa dikembangkan, bahkan direplikasikan ke daerah lain, termasuk Kota Semarang. Dengan demikian, industri kompor mitan di Barito Semarang perlu mencontoh kreativitas warga Dusun Potorono.

Untuk mengembangkan dan mereplikasi hal ini memang dibutuhkan fasilitasi Pemerintah Kota, khususnya Dinas Perindustrian, dalam upaya untuk memperbaiki nasib perajin kompor minyak tanah di Barito.

Peranserta swasta dalam memperbaiki nasib perajin juga diharapkan. Para praktisi dan pakar dari berbagai perguruan tinggi dapat menggelar pelatihan-pelatihan tentang manajemen, teknologi, dan aplikasi kompor biji jarak.

Selain itu, mereka pun bisa membuat panduan yang dikombinasikan dengan aneka pemecahan permasalahan konkrit di lapangan, sehingga bisa menumbuhkan sikap kemandirian perajin kompor biji jarak di masa datang.

0 Response to ""Kompor Biji Jarak""

Posting Komentar